Suatu saat saya mendengarkan keluh kesah seorang remaja tentang kesulitan yang harus ia hadapi.
“Sungguh, saya tidak tahu harus bagaimana lagi Pak... Saya tahu, bahwa saya sudah kecanduan game online ini, dan tahu bahwa ini sangat merugikan saya. Papa dan Mama sudah tidak mau mengurus saya lagi karena sudah putus asa. Sekolah saya hancur, dan saya merasa masa depan saya suram. Tetapi entah mengapa, saya tidak bisa melepaskan diri dari game online ini. Rasanya ingin terus menerus bermain, tapi di sisi lain juga merasa bersalah dan tidak berdaya. Saya sedih sekali....”
Saya pun hanya terdiam, karena sebetulnya remaja ini juga tidak butuh diberi saran lagi. Dia sudah tahu bahwa kecanduannya membuat rugi banyak orang, orang tua, dia sendiri, dan masa depannya. Dan saya rasa sebetulnya dia ingin berhenti, tetapi tidak bisa. Dan hal itu membuatnya sedih dan tidak bahagia. Dan sebetulnya, saya sendiri juga pernah mengalaminya. Tentu dengan bentuk kecanduan yang lain.
Sebagai orang dewasa, saya yakin kita masing-masing sebetulnya pernah mengalami hal yang serupa, dimana kita merasa tidak berdaya menghadapi sesuatu, atau merasa sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari jeratan sesuatu. Banyak sekali hal yang bisa membuat kita tidak berdaya, menjadi jerat dan sekaligus membuat kita kecanduan. Misalkan saja:
Jika kita coba renungkan dan sadari, mau tidak mau jeratan tadi akan menghilangkan kebahagiaan kita, dalam kadar tertentu. Atau bisa dibilang juga, jeratan-jeratan itu mendatangkan penderitaan ke kita. Mungkin di awalnya kecanduan itu tidak dirasakan sebagai jerat dan terasa menyenangkan. Tetapi lama kelamaan akan menjerat kita semakin kencang dan semakin kencang, sehingga hidup kita akan diperbudak. Yang namanya diperbudak, apapun itu, hanya akan mendatangkan penderitaan dan hilangnya kebahagiaan kita. Siapa sih, yang bisa hidup bahagia saat diperbudak?
Mengapa bisa seperti itu? Ya karena memang sejatinya kita dilahirkan dalam kodrat bebas. Kita dilahirkan untuk hidup dalam kebebasan dan berhak mempunyai pilihan. Maka jika suatu saat kita kehilangan kodrat itu, tentu saja kita tidak bisa hidup dengan bahagia. Mungkin yang tidak disadari kebanyakan dari kita adalah bahwa yang bisa merampas kebebasan dan menjerat hidup kita di jaman ini bukan lagi karena perbudakan seperti jaman dulu. Bukan perbudakan oleh tuan tanah dan sebagainya. Tetapi perbudakan jaman sekarang lebih maju, modern, dan tidak terlihat. Dan itu sama bahayanya, karena yang memperbudak kita sekarang adalah seperti contoh di atas tadi: rasa takut, minder, nafsu, narkoba, seks yang tidak sehat, masa lalu, trauma, sakit hati, perasaan dendam, iri, dan lain sebagainya.
Maka sudah seharusnya bagi kita untuk selalu memeriksa batin dan berefleksi setiap hari. Apakah saya kurang waspada hari ini dan jatuh dalam jeratan? Bagaimana perasaan saya saat ini? Apakah sedih, menderita, dendam, sakit hati? Atau merasa senang berlebihan? Jika iya, maka hati-hati, jangan-jangan kita membiarkan diri kita jatuh dalam jeratan-jeratan itu? Jangan-jangan kita justru membuang kebebasan kita masing-masing dan memilih menghambakan diri pada sebuah ego dan nafsu.... Jika seperti itu, maka penderitaanlah yang akan menemani hidup kita. Bukan orang lain yang membuat kita menderita, tapi justru kita sendiri penciptanya... (Set).